Breaking News

Minggu, 26 Oktober 2014

Bedah Film Kiri Hijau Kanan Merah

BEDAH FILM HIMAPOL
PART II

Waktu & Tempat        :           29 September 2014 pkl 14.30
                                                Aula Fisip Unsoed
Judul Film                   :           Kiri Hijau Kanan Merah
Moderator                   :           Muhammad Surya Abadi
Pembicara                    :           Ahmad Sabiq, M.A.
                                                Pendy Wijanarko
Cerita singkat              :
Film dokumenter yang berdurasi kurang lebih 50 menit ini menceritakan tentang riwayat & aktivitas sehari-hari yang dijalankan oleh Alm. Munir, salah satu aktivis HAM di Indonesia. Dari mulai kehidupan masa kecilnya, jenjang pendidikan, kerabat dan teman-teman dekat, sampai kasus kematian beliau ketika hendak melanjutkan sekolahnya di Belanda. Namun sampai saat ini dalang dibalik pembunuhan beliau belum diketahui, hal inilah yang kemudian menjadikan aksi #MenolakLupa akan tetap berkumandang. Cak Munir, sapaan akrabnya, telah mendirikan Komosi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS) serta menjadi Koordinator Badan Pekerja di LSM ini. Selain itu, film ini menunjukkan kesederhanaan Munir sebagai sosok yang dekat dengan rakyat kecil, contohnya kaum buruh.
Sengaja bedah film kali ini dilaksanakan pada bulan September, karena bertepatan sepuluh tahun kematian Munir. Meskipun sasaran pesertanya adalah mahasiswa baru Ilmu Politik 2014, judul film ini telah mengundang antusias segenap warga Fisip lainnya. Sesi diskusi dalam acara ini terbilang lancar dan mampu memicu rasa penasaran peserta yang hadir lewat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Semoga lewat bedah film kali ini, mampu memberikan semangat & inspirasi warga Fisip, terutama mahasiswa baru 2014, paling tidak mengingatkan kembali, bahwa ada sejarah yang tidak boleh dilupakan di tengah-tengah kita, mahasiswa Indonesia.
Read more ...

Kamis, 25 September 2014

Selasa, 23 September 2014

The Burning Season

             
Film The Burning Season menceritakan gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat hutan tropis di Brazil.  Gerakan sosial dalam film ini bermula dari seorang tokoh masyarakat bernama Chico Mendes.  Chico bersama serikat pekerja pedasaan melakukan geraka sosial untuk mempertahankan hak guna lahan hutan.


Proses terbentuknya gerakan sosial
            Proses terbentuknya gerakan sosial yang berasal dari film The Burning Season adalah dikarenakan konflik agraria di Brazil dimulai tahun 1951, kala itu pemeran utama, Chico Mendes masih sangat belia.  Konflik agraria saat itu terjadi dikarenakan keterbatasan penduduk lokal di sekitar hutan tropis yang terbatas akan pendidikan dan akses informasi.  Meski sebagian orang memiliki pengetahuan yang cukup, namun hal itu yang cukup membutuhkan waktu untuk menyadarkan masyrakat yang tidak begitu teredukasi dengan baik.  Secara sederhana film the burning season mencoba menjelaskan bagaimana gerakan sosial berasal kebutuhan dasar yaitu ekonomi.  Konflik agraria yaitu perebutan tanah antara masyarakat lokal dengan pengusaha kemudian menyadarkan masyarakat yang bahkan belum terdidik dengan baik.  Hal ini dikarenakan konflik agraria berhubungan dengan sumber ekonomi dan kelestarian lingkungan.  Berbicara tentang kelestarian lingkungan, maka pasti ada kebudayaan lokal yang mengajarkan untuk melestarikan lingkungan.  Hal ini lah yang kemudian menjadi pemantik bagi masyarakat lokal untuk memiliki perspektif yang sama untuk melindungi hutan dan bergabung dalam gerakan sosial.

Proses terbentuknya gerakan sosial
            Proses terbentuknya gerakan sosial yang berasal dari film The Burning Season adalah dikarenakan konflik agraria di Brazil dimulai tahun 1951, kala itu pemeran utama, Chico Mendes masih sangat belia.  Konflik agraria saat itu terjadi dikarenakan keterbatasan penduduk lokal di sekitar hutan tropis yang terbatas akan pendidikan dan akses informasi.  Meski sebagian orang memiliki pengetahuan yang cukup, namun hal itu yang cukup membutuhkan waktu untuk menyadarkan masyrakat yang tidak begitu teredukasi dengan baik.  Secara sederhana film the burning season mencoba menjelaskan bagaimana gerakan sosial berasal kebutuhan dasar yaitu ekonomi.  Konflik agraria yaitu perebutan tanah antara masyarakat lokal dengan pengusaha kemudian menyadarkan masyarakat yang bahkan belum terdidik dengan baik.  Hal ini dikarenakan konflik agraria berhubungan dengan sumber ekonomi dan kelestarian lingkungan.  Berbicara tentang kelestarian lingkungan, maka pasti ada kebudayaan lokal yang mengajarkan untuk melestarikan lingkungan.  Hal ini lah yang kemudian menjadi pemantik bagi masyarakat lokal untuk memiliki perspektif yang sama untuk melindungi hutan dan bergabung dalam gerakan sosial.

Strategi gerakan sosial
            Dalam film The Burning Season strategi yang dilakukan adalah dengan menarik perhatian dunia melalui berbagai forum internasional.  Di dalam film ini Chico Mendes kemudian pergi ke Amerika Utara untuk menghadiri forum-forum internasional dan memberikan pidato tentang gerakan sosial di Brazil mengenai konflik agraria.  Apa yang dilakukan Mendes merupakan strategi yang saya anggap brilian.
            Pidato yang dilakukan oleh Mendes di dalam forum internasional tersebut merupakan salah satu strategi untuk menarik perhatian dunia internasional dan mencari dukungan.  Selain itu strategi yang dilakukan Mendes adalah tidak menggunakan kekerasan di dalam setiap aksi melawan pengusaha-pengusaha yang ingin menguasai hutan.  Menggunakan strategi yang tidak menggunakan kekerasan kemudian menjadikan gerakan Mendes tidak dapat dituntut oleh hukum manapun dikarenakan mereka tidak melakukan kekerasan sama sekali, sehingga apartur negara tidak dapat menangkap Mendes dkk.  Strategi lain yang dilakukan oleh Mendes dkk adalah berusaha membangkitkan romantisme hutan yang terjaga dengan lestari, salah satunya adalah penggunaan budaya Brazil.  Mendez berusaha menanamkan prinsip kuno bahwa masyarakat tidak boleh mengambil hasil berlebih dari hutan, jika berlebih maka makhluk penghuni hutan akan memakan masyarakat.  hal ini pula yang dijadikan Mendes sebagai alat untuk membangkitkan semangat dan mengontrol pergerakan masyarakat.
            Strategi lain yang digunakan Mendes untuk menyukseskan gerakan sosialnya adalah dengan berusaha masuknya Mendes kedalam sebuah sistem pemerintahan.  Dalam sistem politik, menjadi penting bagi seseorang atau kelompok untuk masuk kedalam sistem politik sehingga dapat mengintervensi sebuah produk dari sistem, yaitu kebijkan.  Hal ini yang kemudian dilakukan oleh Mendes, Mendes berusaha menjadi seorang calon senator dari daerahnya dan berharap dapat melawan para kartel hutan tersebut.  Meski di dalam film dijelaskan bahwa Mendes akhirnya tetap gagal karena pragmatisme pemilih, namun kita perlu memahami bahwa apa yang dilakukan Mendes adalah salah satu strategi untuk menyukseskan peregarakan sosialnya, yaitu dengan masuk kedalam sebuah sistem.

Masalah
            Masalah-masalah yang dihadapi di dalam film The Burning Season adalah bagaimana akhirnya banyak aksi dalam pergerakan Mendes sering kali gagal.  Hal yang sering membuat kegagalan adalah adanya serangkaian aksi kekerasan yang dilakukan oleh pihak perusahaan secara diam-diam.  Seperti di dalam film, ditampilkan beberapa adegan pembunuhan rekan-rekan Mendes yang aktif dalam berkonfrontasi dengan kelompok pengusaha.  Adegan lain juga menunjukan bagaimana akhirnya tipe pergerakan Mendes sama sekali tidak menggunakan senjata, sedangkan lawan mainnya, para pengusaha menggunakan alat-alat seperti gergaji mesin, pistol, dan alat berat untuk melakukan penetrasi.  Selain itu Mendes dan kawan-kawan juga acap kali menumui kasus pembunuhan yang akhirnya cukup meresahkan dan mengendurkan pergerakan masyarakat.
            Masalah yang hadir berikutnya adalah dukungan pemerintah daerah kepada para pengusaha.  Di dalam film ini kita dapat melihat bagaimana akhirnya praktik-praktik politk yang dilakukan antara senator dan kelompok pengusaha.  Saya beranggapan hubungan strukturalis dan ekonomis ini menjadi salah satu masalah yang menghambat pergerakan Mendes dkk.  Hal ini dikarenakan kelompok pengusaha terus menerus mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah dalam melakukan beragam macam aksi, seperti pembunuhan, penebangan hutan dengan metode pembakaran, penyuapan, dan beragam macam aksi ilegal yang medukung ekspansi pengusaha di hutan Brazil.
            Bagi saya hal-hal semacam inilah yang kemudian menjadi masalah yang cukup penting dan memengaruhi pergerakan sosial Mendes.  Disamping itu masalah juga hadir dari internal pergerakan, seperti belum satu perspetifnya semua lapisan masyarakat dalam melakukan perlawanan dan pergerakan sosial.  Hal ini diakibatkan rendahnya edukasi dan tingginya rasa pesimis yang ada pada kelompok masyarakat Mendes.

Terobosan
            Dalam film The Burning Season terobosan yang dilakukan oleh Mendes dengan beberapa cara yang menurut saya jika melihat latar waktu menjadi sanagt inovatif.  Pertama Mendes berinovasi dengan tidak melakukan kekerasan di dalam setiap aksi penolakan dan interaksi dengan kelompok pengusaha.  Hal ini menjadi sangat unik dan jarang apabila kita melihat tipe gerakan sosial, yang pada saat itu banyak menggunakan kekerasan.
            Kedua, terobosan yang dilakukan oleh Mendes adalah dengan berusaha menarik perhatian dunia dengan permasalahan konflik agraria yang sedang terjadi di Brazil.  Mendes datang ke Amerika Utara, kemudian berpidato dan berusaha menarik dukungan masa sebanyak mungkin yang melihat gerakan sosialnya.  Ini juga merupakan salah satu terobosan yang cukup menarik untuk diperhatikan, yaitu dengan menarik perhatian dunia internasional.
            Yang ketiga dan yang terakhir adalah Mendes berusaha memasuki sebuah sistem politik di Brazil saat itu.  Hal ini terlihat dari adegan film yang menunjukan Mendes mengikuti pemilu senator di daerahnya.  Menurut saya hal ini adalah terobosan ayng cukup inovatif karenaMendes berusaha untuk menyukseskan gerakan sosialnya dengan cara masuk ke dalam sistem politik, hal ini dikarenakan dengan masuk ke dalam sistem politik, maka Mendes akan memiliki otoritas yang besar untuk membuat kebijakan tentang pelarangan eksploitasi hutan secara berlebih di Brazil.

Nama    : Muhammad Surya Abadi
NIM      : F1D012039
Jurusan : Ilmu Politik


Read more ...

Apa sih Politik?



Apa sih Politik?

            Politik pada era yang dewasa ini, banyak digunakan oleh para penguasa negara dalam mengatur masyarakatnya untuk mewujudkan negara yang demokratis. Akan tetapi sang penguasa sering kali memanfaatkan media politik ini untuk bertujuan lain bahkan untuk kepentingannya sendiri. Karena mereka tidak mengerti arti sesungguhnya dari ilmu politik. Arti dari ilmu politik sendiri yaitu sebuah ilmu murni yang membahas tentang  kekuasaan dalam suatu negara yang berkaitan dengan hubungan masyarakat , kelompok dan individu yang dapat juga melintasi batas negara.

            Media yang mendukung untuk keperluan politik dengan membentuk sebuah partai politik dan juga membentuk sebuah kelompok kepentingan. Tujuan tersebut untuk memberikan kelancaran bagi kadernya untuk memberikan kelancaran dalam proses politik. Kebanyakan pula pelaku politik berasal dari penguasa pemerintahan yang telah memiliki antek-antek untuk menjadi tim sukses mereka. Ketika mereka telah mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka pun akan berusaha untuk mengembalikan modal yang telah dikeluarnya dengan berbagai cara. Maka dari itu banyak tersangka politik yang terjerat oleh hukum mengenai tindakan mereka yang telah lupa dengan janji-janji manis mereka. Di sini lah masyarakat harus cerdas-cerdasnya memilih pennguasa yang nantinya akan menjadi pemimpin mereka. Politik ada karena kebutuhan masyarakat akan sebuah negara yang baik dan mencegah adanya penyelewengan suatu negara yang di awasi langsung oleh masyarakat dan lembaga pemerintah lainnya.

Nama    : Agung Senjoyo dan Fadli Sabran J
NIM      : F1D014034  dan  F1D014056
Jurusan  : Ilmu Politik
Read more ...

Kamis, 18 September 2014

Juguran Himapol




ketika kamu tidak sendirian, ketika kamu berdampingan dengan mereka, ketika kamu anggap mereka tidak ada padahal mereka ada. hadirilah diskusi teoritis JUGURAN HIMAPOL dengan tema "POLITIK IDENTITAS DALAM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA MASYARAKAT BANYUMAS" yang akan di isi oleh Wildan Shah S.IP, Azmy Alatas dan representasi umat beragama banyumas. PENDOPO FISIP kamis 18 september 2014 pukul 19;00-selesai. be there!
Read more ...

Senin, 15 September 2014

12 Years a Slave

12yas-poster-art-191x300
12 Years a Slave adalah film drama sejarah epik Amerika Serikat-Britania Raya tahun 2013 yang diadaptasi dari memoar tahun 1853 berjudul sama mengenai Solomon Northup, seorang negro merdeka kelahiran New York yang diculik di Washington, D.C. pada tahun 1841 dan dijual sebagai budak. Ia bekerja di perkebunan di negara bagian Louisiana selama dua belas tahun sebelum dibebaskan. Edisi pertama memoar Northup, yang disunting oleh Sue Eakin dan Joseph Logsdon pada tahun 1968, telah ditelusuri dengan saksama dan dipastikan keakuratannya.

Film ini adalah film ketiga yang disutradarai oleh Steve McQueen, dan diskenarioi oleh John Ridley. Chiwetel Ejiofor berperan sebagai Solomon Northup, yang telah menerima banyak pujian atas aktingnya dalam film ini. Pengambilan gambar utama berlangsung di New Orleans, Louisiana, dari tanggal 27 Juni hingga 13 Agustus 2012, dengan biaya produksi $20 juta. Lokasi syuting yang digunakan meliputi empat perkebunan antebellum bersejarah, yakni Felicity, Magnolia, Bocage, dan Destrehan. Dari keempat lokasi ini, Magnolia adalah perkebunan yang paling mirip dengan perkebunan tempat Northup diperbudak. Film ini menerima beragam pujian kritis, dinobatkan sebagai "film terbaik tahun ini" oleh beberapa media, dan menerima sejumlah penghargaan dan nominasi, termasuk Film Drama Terbaik Golden Globe 2014, Film Terbaik Academy Award, dan Film Terbaik BAFTA.
Dalam kaitannya dengan perkuliahan di Jurusan Ilmu Politik, film ini menjadi sumber referensi bagi mata kuliah teori pascakolonial.  Bagi teman-teman yang ingin film ini bisa mendownloadnya di sini
Read more ...

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Himapol

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik dapat diunduh di link berikut :

- Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Periode 2012 - 2013
Download : https://www.mediafire.com/?ud3e491d1i6i18k

- Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Periode 2013 - 2014
Download : https://www.mediafire.com/?98v7oxhno72b5j5
Read more ...

Agama Penuh Warna

oleh: Agung Senjoyo dan Fadli Sabran*
Purwokerto adalah salah satu daerah yang memiliki masyarakat heterogen dengan kultur masyarakat yang berbeda-beda. Purwokerto juga memiliki masyarakat yang saling hidup rukun antar sesama umat beragamanya. Hal ini, dibuktikan dengan adanya beragamnya tempat ibadah. Masyarakat pun turut mendukung didirikannya tempat ibadah di lingkungan mereka. Karena semua itu adalah hak dan kebebasan bagi umat beragama dalam menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan mereka masing-masing.
Di purwokerto itu sendiri juga terdapat  bangunan klenteng  hok tek bio untuk tempat ibadah bagi masyarakat yang minoritasnya keturunan tionghoa. Bangunan itu letaknya di sekitaran pasar wage yang berdampingan dengan pertokoan penduduk di sana. Di dalamnya juga terdapat filosofi yang menggambarkan karakteristik dari klenteng tersebut. Ketika akan memasuki pintu masuk, kita di sambut dengan althar than  dan  nampak papan nama Bio dalam Hanzi. Di bagian dalam pun tidak kalah menariknya, ada berbagai althar dewa salah satunya adalah althar Ngo Tjoo, Nabi Khongcu, Datuk, Liem Thay Djien. Semua dewa tersebut memiliki perannya masing-masing.
Sesuatu yang unik dari masyarakat Tionghoa memiliki dua nama yaitu Indonesia dan nama China atau mandarin. Di situ juga banyak pesembahan untuk dewa. Pada masa orde baru pun banyak masyakarat keturunan Tionghoa  yang di diskriminasi untuk tidak boleh bekerja di instansi pemerintahan karena pada masa itu masyarakat Tionghoa di larang keras atau di batasi untuk bekerja oleh pemerintah. selain itu masyarakat Tionghoa juga memiliki toleransi yang tinggi dengan lingkungannya dan juga saling hidup rukun dalam menghargai umat beragama.
Selanjutnya di tempat beribadahan bagi umat Kristen Khatolik Purwokerto yaitu Gereja Katedral “kristus raja" tepatnya di daerah Purwokerto.  Tujuan dari pembangunan gereja Katedral itu sendiri di peruntukan untuk umat khatolik di kawasan Purwokerto yang notabenenya cukup banyak. Uniknya, Gereja katerdral di indonesia masih sedikit dan di jawa tengah hanya ada dua yaitu di semarang dan di purwokerto saja. Gereja Katedral di purwokerto memiliki corak jawa di bagian dalamnya seperti papan ukir (gebyok) di belakang altar (mimbar). Di berbagai gereja khususnya gereja katedral, pastinya ada sebuah ruangan yang dimaksudkan untuk membaptis atau memberi nama suci pada seseorang yang belum memilikinya. Uniknya lagi, orang-orang yang non-katolik diperbolehkan masuk kedalam tempat peribadahan mereka. meskipun beda agama, tetapi mereka juga memiliki keramahan dan jiwa toleransi yang tinggi terhadap agama lain.
Ada pula tempat beribadahan bagi umat budha di purwokerto berupa vihara yang dinamakan dengan Vihara Budha Dipa. Lokasinya di JL. Martadireja, No. 779-781, Purwokerto. Masyarakat disana dapat hidup rukun dan dapat saling berdampingan dengan umat budha yang beribadah disana. Karena dulu pada masa reformasi, masyarakat purwokerto di sana sudah sangat kekeluargaan sehingga masyarakat tidak terprofokasi oleh gangguan dari luar. Sehingga vihara di purwokerto pada saat ini masih aman bagi umat budha yang ingin beribadah di sana. Klenteng dan vihara sendiri memiliki perbedaan, kalau klenteng hanya tempat meminta kepada tuhannya, sedangkan vihara digunakan untuk meminta dan beribadah juga. Terkadang dari pihak vihara sendiri mendatangkan biksu dari suatu daerah karena di Vihara Budha Dipa tidak memiliki biksu tetap untuk mengadakan penerangan kepada umatnya. ketika ada sebuah acara meditasi di Vihara, uniknya itu semua agama boleh datang untuk menghadiri acara meditasi di Vihara tersebut. Tak pernah sekali pun umat budha melarang siapapun untuk datang ke vihara  karena semua itu adalah kebebasan umat beragama.
Tempat beribadah selanjutnya di Gereja Santo Yoseph, lokasinya di daerah Jl. Kaliputih 2, Purwokerto timur. Sebagian besar masyarakat di sana yang beragama katolik, beribadahnya disana setiap hari minggunya. Pastur atau romonya di sana pernah kenal juga dengan Gusdur untuk membahas tentang usulan dari Romo yang bernama Matheus Yatno Yuwono untuk mengadakan sebuah acara keagamaan. Bupati daerah tersebut juga kurang respon dengan keperluan dan kepentingan keagamaan, menurut pengakuan dari Romo atau pastur di sana juga. Sedangkan artistic dari bangunan Gereja Santo Yosep, memiliki corak yang hampir sama dengan gereja-gereja besar diseluruh daerah. Tapi uniknya, ada sebuah tempat yang petugas potretnya dilarang keras untuk mendekati atau pun memotret disana. Toleransi umat katolik di gereja tersebut juga sangat tinggi, terutama dengan masyarakat disana. Ketika ada seseorang yang menganggur dan tidak bekerja, pihak gereja memberikan pekerjaan bagi mereka yang tidak bekerja seperti bekerja dibagian cleaning service atau keamanan. Tidak memandang agama yang di anut mereka.
Ternyata masyarakat di Purwokerto saling hidup rukun dengan berbagai keanekaragaman budaya dan agama. Dan juga tidak ada yang mencirikan agama yang satu dengan yang lain. Karena semua sama walaupun agama yang membedakan akan tetapi beda itu yang membuat indah dalam menjalankan hidup dengan penuh warna.
*Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik angkatan 2014.
Read more ...

Jumat, 12 September 2014

Profil Departemen Pendidikan dan Penalaran (Diklar)

Profil Staf Departemen Pendidikan dan Penalaran :
Ketua Departemen :
Nama : Nadia kamila
Staf :
Nama : Mia Ariesta
Staf :
Nama : Ranti Rahmatiah
Staf :
Nama : Edo Ricardianto
Staf :
Nama : Habib N Minarto
Staf :
Nama : Fita Nofiana
Staf :
Nama : Amirul Muktamar
Staf :
Nama : Endah Permatasari
Staf :
Nama : Faisal Nur Hidayat
Staf :
Nama : Adhiyatma Rianto
Staf :
Nama : Riska Fordiana

Read more ...
Designed By